Alasan Berhijab Bagi Seorang Manda

hijab manda

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Lakukan kebaikan setiap hari, baik untuk diri sendiri maupun untuk sekitar kita. 

Beruntung manda sekolah di SMA Negeri yang mewajibkan setiap siswi muslimahnya memakai seragam muslimah dan berkerudung (baju kurung panjang) saat hari itu ada pelajaran agama. Tidak terpikir sebelumnya di masa beliaku, berjilbab adalah pilihanku saat itu.


Sebagai seorang muslimah, menutup aurat adalah sesuatu yang hukumnya jelas dan wajib. Menjadi muslimah yang berkewajiban untuk menutup auratnya menjadi sesuatu yang sudah sering diajarkan di lingkungan keluarga manda. Bahkan, mama tidak membolehkan kedua anak perempuannya memakai you can see. Perjalanan spiritual pun berjalan seiring dengan usia manda yang kala itu menginjak ABG.

Tidak dipungkiri, lingkungan keluarga memang membentuk seseorang untuk lebih mudah mengambil pilihan untuk berjilbab (dulu masih menyebut hijab dengan jilbab). Kebetulan mama sangat intens mendidik kami untuk urusan agama, mulai TPA, memanggil guru privat, mengajak ke masjid, menyekolahkan agama setiap ahad di Masjid Syuhada mulai dari tingkatan ibtidaiyah, tsanawiyah, tartil qur'an dan qiroatil qur'an. Saat ekstra kurikuler di SD pun, mama mengarahkan untuk mengambil eskul samrohan (nasyid jaman sekarang). Di bangku SMP, saya mengambil ekstra kurikuler qiroatil qur'an. Dan saat SMA, ada kegiatan rohis yang sesekali saya ikuti, meskipun tidak tergabung dalam kelompok anak SMA yang alim di jamannya.

Jangankan mengenal model jilbab masa kini, ima belia waktu itu hanya mengenal kerudung segi empat dan kerudung terusan untuk dipakai ke sekolah. Karena seminggu 2x menggunakan jilbab, akhirnya di semester kedua kelas 1 SMA, ima belia memutuskan untuk berhijab. Selain lebih nyaman, juga aman karena pulang sendiri naik bisa kota dengan jarak tempuh sekolah ke rumah membelah jogja timur ke jogja barat. Ah, sebuah masa yang membuatku nyaman sampai hari ini menggunakan identitas muslimahku berhijab.

Masa berlalu, seperti halnya berhijab. Mulai dari jilbab yang dipakai tidak menutup dada, mulai dari bahan pakaian yang terasa kurang di badan (baca : mepet alias methethet), mulai dari pakaian yang lengannya 3/4 (bahkan sampai hari ini masih juga tergoda membeli), mulai dari kaki yang masih belum di kaos kaki (bahkan sampai hari ini masih belajar menutupnya), dan mulai-mulai yang lain yang harus ditutupi supaya bisa menjadi muslimah yang semakin baik setiap harinya. Dan setiap prosesnya dilewati begitu indah, dari yang tidak pantas memakai gamis, beberapa waktu sudah bergamis ria dan ketagihan. Yang pasti kita belajar menjadi lebih baik setiap harinya ya!

Berhijab aurat adalah sesuatu yang baik apabila diimbangi dengan menghijabkan tingkah laku sebagai muslimah. Seperti apa hijab tingkah laku? Sebagai muslimah, menjaga dari kata-kata yang kotor, menjaga dari perbuatan yang melanggar norma agama dan norma susila, menjaga tingkah laku dan kesopanan sebagai identitas muslimahnya. Tentunya masih banyak PR (Pekerjaan Rumah) untuk manda bisa menjadi muslimah sejati. Semoga senantiasa dimudahkan jalan kita untuk menjadi lebih baik setiap harinya! Aamiin.

4 komentar

  1. Aammiinn..sama sama belajar untuk menjadi lebih baik..

    BalasHapus
  2. Senantiasa berhijrah yaa, mba Manda.
    Semoga Allah melindungi kita semua dari siksa api neraka yang keji.

    Aamiin.

    BalasHapus
  3. Dulu diputusin cowok gegara aku ngga mau disuruh pake hijab pas udah nikah suami bilang kalo bisa berhijab...ngga maksa sesiapnya mama aja, ngga dipaksa itu aku luluh, pake deh keterusan������

    BalasHapus
  4. Ah, hampir sama Manda, tapi aku agak telat nih, SMA kelas 3 klo keluar les malah udah berjilbab, tapi sekolah sampe lulus belum berjilbab tiap hari, cuma emang pas hari hari wajib ngerasa nyaman banget berhijabnya.
    Semoga kita Istiqomah yaaa...aamiin

    BalasHapus