Lestarikan Cantikmu dengan Produk Ramah Lingkungan dan Ramah Sosial



Halo sahabat Manda, apa kabarnya? Gimana kabar selama di rumah aja? Jangan lupa tetap melestarikan cantiknya ya. Gimana caranya? Dengan menjaga kebersihan dan tetap merawat diri tentunya. Oh iya, tiba-tiba pengen ngomongin yang cantik-cantik. Apaan sih kok tetiba yang cantik-cantik? 

Cantik itu tidak mempunyai definisi. Bagi saya, cantik adalah sebuah kata yang diungkapkan untuk sesuatu yang menarik dan menyenangkan untuk dilihat. Karena penilaian yang subjektif untuk setiap orang yang berbeda, makanya saya sampaikan bahwa cantik tidak berdefinisi.

Cantik parasnya, cantik hatinya, cantik alamnya, cantik dapurnya, cantik hasil masakannya. Semuanya menggambarkan sebuah keadaan yang hampir mendekati sempurna. Oleh karenanya, segala yang cantik harus dijaga agar tetap lestari.

Cantik parasnya.


Katanya, cantik itu berasal dari dalam hati dompet, karena pandangan di masyarakat bahwa cantik paras itu butuh modal. Dari membeli skincare yang mahal. Perawatan berjam-jam di rumah perawatan atau salon. Membeli baju yang bagus, nyaman dan pas di badan sehingga mendukung penampilan untuk terlihat cantik. Eits, jangan salah! 

Aura cantik dari seseorang bisa terpancar jika pekerti dan perilakunya baik. Aura kecantikan akan lebih kuat terpancar dari dalam daripada sekedar polesan. Untuk merawat diri juga tidak perlu produk yang mahal. Sekarang banyak sekali produk yang ramah lingkungan dan harga terjangkau untuk kita pakai sebagai bahan untuk merawat kecantikan diri.

Komoditas lokal dari hutan, seperti madu, bisa menjadi alternatif untuk menjaga kecantikan wajah. Membersihkan kulit dengan sabun yang Ramah lingkungan dan ramah sosial


Cantik Alamnya



Alam juga bisa menjadi komoditas lokal dan sekaligus komoditas berkelanjutan apabila lingkungan alaminya terjaga. Sebagai contoh kita ambil lingkungan alaminya adalah hutan. Apa yang bisa kita jumpai di hutan? Secara alami, hutan menghasilkan buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian, pati-patian dan sayur-sayuran sebagai sumber pangan nabati untuk dikonsumsi, contohnya kacang-kacangan, minyak-minyak yang bisa dimakan dan rempah-rempah serta olahan lainnya.




Di Pesona Hutan 2020, akan banyak mengenali olahan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) komoditas pangan yang diolah atau dikelola oleh kelompok komunitas hingga unit usaha kecil dan menengah dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satu komoditinya adalah madu. Selain berfungsi sebagai bahan alami dalam menjaga kecantikan juga memberi nilai kebaikan untuk kesehatan.



Simbiosis Mutualisme


Menjaga lingkungan terjaga dan masyarakat sejahtera dengan memberdayakan potensi yang ada adalah cara cantik menjaga keseimbangan ekosistem. Hutan yang menghasilkan banyak komoditi lokal yang bisa dimanfaatkan untuk produk kecantikan alami yang bisa dibuat sendiri. Beberapa waktu lalu, pelatihan membuat sabun organik banyak diselenggarakan di kotaku. Ternyata bahan yang dibutuhkan untuk membuat sabun organik sangatlah mudah diperoleh.



Bahan Membuat Sabun Mandi Organik:

320 gram minyak zaitun.
240 gram minyak kelapa sawit.
240 minyak kelapa.
115 gram soda api.
250 gram air demineral.
Bubuk kopi, secukupnya.





Dari bahan di atas, kita sudah membangun simbiosis mutualisme dari hutan dengan keseharian kita dalam menjaga kecantikan. Sabun mandi organik yang memungkinkan dibuat oleh produksi rumah tangga membuat simbiosis mutualisme antara hasil hutan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Demikian kiranya, kenapa kita harus menjaga hutan tetap lestari, supaya komoditas lokalnya bisa dimanfaatkan untuk menjaga merawat kecantikan tubuh dan wajah. Banyak hal lain yang bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia dari hasil hutan bukan kayu. Oleh karenanya harus ada usaha yang tepat guna untuk bisa mewujudkan keseimbangan lingkungan alam dan manusia.

1 komentar

  1. Setuju banget Manda, jangan hanya cantik tapi merusak diri dan lingkungan ya...harus cantik dan sayang lingkungan

    BalasHapus