Halo sahabat Manda, tak terasa sudah melewati banyak masa di kehidupan ini. Tahun 2018 merupakan tahun dimana, refleksi diri terus dilakukan. Tak terasa 10 tahun sudah kami berumah tangga yang artinya 10 tahun sudah menerima orang lain yang bertemu saat dewasa untuk bisa membangun rumah tangga.
Tahun 2018, lengkap dengan kejutannya di awal tahun lalu, ya bulan Februari 2018, Panda melanjutkan langkah Manda yang terhenti di tahun 2010. Memutuskan untuk tidak menjadi PNS DOSEN di sebuah universitas ternama di kotaku. Sebuah pilihan yang bagi orang lain berat, tetapi ringan untukku. Alhamdulillah.
Kala itu, keputusan meninggalkan jaminan masa tua nyaman demi menjemput kesehatan yang kurasakan nyaman setiap hari menuju masa tua. Ketika beban pekerjaan sebagai wanita karir membuatku yang perfeksionis ini sering kewalahan mengatur jadwal, alhasil tubuhku selalu merasa tidak fit dan pusing di hari kerja. Yap! Setiap orang tidak sama dalam memilih kehidupannya.
Bagiku dan Panda yang menuju usia 40 tahun, menerima keputusan orang lain dengan segala konsekuensi dan alasannya adalah cara kami berdamai dengan orang lain. Tidak perlu menuntut semuanya sempurna sesuai yang dimaui orang kebanyakan adalah pilihan.
Perjalanan menjadi seorang freelancer sudah kurang lebih 9 tahun ini. Bagaimana rasanya? Menyenangkan! Setiap hari adalah tantangan dan belajar! Itu yang mungkin sesuai denganku karena dipaksa untuk terus bergerak dan inovatif. Jangan ditanya tentang perjalanan membangun karir as work at home Manda ya, penuh tantangan dan berliku. hahahahaha. Orang hanya mengetahui ketika saya berhasil mendapatkan sesuatu atau pujian, tapi mereka lupa pada lelah dan pengorbanan yang kubayar.
2010, Sepulang dari tugas belajar yang tidak selesai karena kendala bahasa, saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Bagiku kala itu, cukup mendapatkan gaji dari suami dan lalu secukupnya menjalani hidup. Benar-benar kala itu, saya merasa menjadi istri saja di rumah, sudah cukup.
Tuhan tidak membiarkan saya jatuh berlama-lama dan menjadi pemalas di kehidupan ini. Teringat pesan mama mertuaku, bahwa beliau meminta toko tetap dipertahankan meskipun saya waktu itu berkarir menjadi dosen. Qodarulloh, 2010 saya memulai mengurusi toko yang keadaannya sudah mulai kosong barang dan tidak ada sales yang datang.
Bakat bisnis dan berdagang memang sudah sedari kecil Manda miliki. Sejak SD, sewaktu papa menyediakan printer di rumah, Manda kecil berjualan jadwal pelajaran yang saya print dari Wordstar WS kala itu, hihihihi. Papa bekerja di sektor perbankan dan kebetulan yang berurusan dengan sistem ITnya. Selain berjualan jadwal pelajaran, Manda juga membawa es gabus ke koperasi sekolah, dan uang jualannya Manda jadikan tambahan uang saku, tentunya seizin mama yang membuat. Kebetulan juga mama seorang ibu rumah tangga dan punya freezer untuk menyediakan es batu bagi penjual yang berjualan di Malioboro, sehingga Manda pun tak kalah ambil bagian membuat es batu dengan upah 50 rupiah 1 kantongnya. Merasa berat? Tidak! Justru bagi Manda itu adalah perjuangan untuk mendapatkan sesuatu, seseorang harus bekerja keras dan mengeluarkan usaha. Kala itu, tidak ada istilah malu karena kondisi keluarga kami berkecukupan kala itu, bahkan dengan membawa es gabus ke sekolah dan membuat es batu, satu-satunya murid yang mempunyai mobil kala itu hanya Manda. Mohon maaf, bagian punya mobil harus diceritakan supaya angle pembaca tidak salah dalam membaca tulisanku ya. Insya Alloh tidak ada niatan untuk menyombongkan diri.
Masuk ke SMA, dan mulai berkenalan dengan katalog AVON kala itu, serta sendal jepit yang bisa ditulisin nama. Dari mba Ning (anaknya mbah ilik), saya belajar bisnis membawa katalog AVON dan malah ditambahi bawa sabun pemutih yang untungnya kala itu 1,500 rupiah per batang. Hei! Jangan salah, papa mama mendukung dengan mengantarkanku mengambil barang ke Blimbingsari. hahahahaha. Manda ternyata sudah hobi jualan sejak lahir, wkwkwkwkwk.
Andai kala itu sudah ada media sosial, pasti aku sudah punya akun IG sejak lahir ya, hahahaha.
Time flies.. Kelas 2 SMA saya sudah mengikatkan diri pada hubungan terikat (baca : jadian) dengan seseorang di masa laluku. Kita kenal sejak 5 SD dan bertemu lagi di jeda-jeda waktu, SMP kelas 3 dan kini SMA kelas 2. Tahu kan ya, beban orang pacaran itu MAHAL. Terlebih Manda bukan orang yang suka ditraktir atau dibayarin. Manda bikin peraturan kalau seminggu sekali, Manda juga yang akan bayarin makan kalau kita ketemuan, hahahaha.
Dua hal yang Manda tidak suka dari laki-laki adalah KAYA dan MANJA.
Melanjutkan perjalanan ceritaku ya, akhirnya semester 7 pun Manda jalani, menjadi asisten dosen praktikum sudah dilakukan, dan masih ada keinginan untuk mengajar di bimbel. Yes! Menjadi tentor di lembaga bimbingan belajar NEUTRON, mengenal Pak Banu yang kala itu adalah tutor dan sekaligus mentorku. Berkat bimbingannya, saya enelorkan sebuah buku diktat Matematika yang nilai kontraknya 2 juta. Kala itu, jumlah yang cukup besar untukku. Alhamdulillah ya Alloh.
Perjalanan pun masih terus berlanjut, akhirnya selesai S1 dan lanjut S2 sebagai syarat MENIKAH dari mamaku. Karena lulus S1 2005 dan usiaku masih 22 tahun, yap belum boleh kawin. hahahaha. Menyelesaikan S2 dan CUMLAUDE di UGM. Karir menjadi dosen pun dimulai di sini.
Menjadi dosen junior yang jam terbangnya ga cuma belajar, melainkan juga ngajar, penelitian, pengabdian masyarakat, borang dan akreditasi, dan membina olimpiade. Fixed! SIBUK. Akhirnya pasa sebuah tahun 2007, saya sakit selama 1 bulan. Hampir tidak tahu sakit apa kala itu, mual tidak berhenti dan setiap muntah berwarna kuning dan pahit. Hiks..... Setelah dari dokter ke dokter kala itu, akhirnya bertemu dengan ahli internis di Panti Rapih, dr Hawa Mustika. Dari beliaulah, SGOT dan SGPT dicek, dan ANGKANYA MENGEJUTKAN 1300. Hiks, fixed! LIVERku tidak normal.
Sebab utamanya, DIFORSIR dan KECAPEKAN SANGAT.
Sudah tahu kan, kenapa mundur jadi dosen adalah sesuatu yang baik untukku. Karena perjalanan karirmenjadi dosen mungkin terlalu berat untukku, aku tidak mau tubuhku menjadi korban untuk ambisi orang lain yang menuntutku tetap menjadi dosen.
Perjalanan masih belum usai, tahun 2008 saya mendapat profesor dan prosesnya mendapatkan beasiswa mudah sekali, sungguh caraNYA begitu INDAH. Dalam banyak hal yang kujalani, campur tanganNya selalu ADA. Oleh karenanya sekarang waktunya saya benar-benar YAKIN bahwa RENCANAYA SELALU BAIK untukku. Menikah di Juli 2008 dan berangkat ke Jerman September 2009. Sepanjang waktu di awal pernikahan, kami berdua sama-sama sibuk AMBIL LES BAHASA JERMAN. Masya Alloh tabarakalloh, kalau ingat pengorbanan berupa MATERI dan TENAGA, rasanya tidak percaya telah melewatinya. Matur nuwun Gusti Alloh.
Tahun 2009, bekal yang dibawa ke luar negeri adalah TEMULAWAK dari dokter Vina yang merupakan pakar herbal di kotaku dan SARI TEMULAWAK yang berfungsi untuk mengembalikan kembali fungsi liverku yang sempat terganggu di tahun 2007. TIDAK BOLEH CAPEK DAN STRESS menjadi pesan dari orang rumah sewaktu kami hendak berangkat.
Perjalanan ternyata tidak mulus seperti pantat bayi, tahun 2010 akhirnya saya pulang dan lalu mengambil keputusan untuk resign dosen karena ketidakmampuan saya berkarir menjadi dosen. Saya lebih menikmati memasak di rumah dan belanja ke supermarket, ketimbang duduk mebaca buku selama 8 jam. Kala itu, orang yang mendukungku untuk resign hanya 1 orang, pandaku. Terima kasih ya Nda, untuk semuanya hingga aku menjadi seperti hari ini.
Itulah sepenggal kisahku kenapa memutuskan untuk tidak berkarir di jalur yang hampir semua orang ingin terjamin hari tuanya dengan pensiun dan melewati hari-hari nyaman berkantor di UGM. Melepas ikhlas dan memulai menjadi work at home di tahun 2010.
Membangun toko Purnama Jaya seperti amanah mama mertuaku, dan berani melebarkan sayap hingga ke 2 toko cabang. Karena kurang pengalaman dan terlalu berani, akhirnya aset sedikit demi sedikit tergerus untuk gaji karyawan yang kala itu jumlahnya 16. Padahal operasional toko 2 dan 3, masih menjadi beban dari toko 1. Untuk bisa menyeimbangkan neraca laba/rugi, Manda pun melirik pemasukan lain yang marak ditawarkan tahun 2011.
Bertemu dengan bunda Astriani Karnaningrum di Oriflame tahun 2011. Alhamdulillah semua perjalanan di Oriflame adalah PEMBELAJARAN UNIVERSITAS KEHIDUPAN. Melihat buanyak sekali tingkah manusia yang maruk terhadap hadiah, maruk terhadap uang dan tentunya melupakan hubungan pertemanan hanya karena tergiur LEVEL. Allohu akbar, pelajaran apalagi yang Kau tunjukkan padaku, terima kasih.
Kehilangan sahabat dekat di Oriflame hanya karena salah paham hadiah, pernah terjadi dan itu menyakitkan. Diblokir kontak hanya karena beda kaki upline supaya tidak saling merebut downline, juga pernah. Melekat image sebagai MLM yang kalau menyapa atau ketemu, dikira mau prospek, juga pernah. WOW! Menjadi freelancer bukanlah sesuatu yang mudah, Ferguso! Kamu harus siap dengan segala yang membuat kta jadi lebih kuat jika diambil hikmahnya.
Tahun 2012, dengan income yang lumayan, Manda Panda berencana seperti di Jerman, memulai mengasuransikan diri karena sadara semakin tua. Karena tidak ingin membeli kucing dalam karung, akhirnya kamipun mengikuti fastart di sebuah perusahaan asuransi. Dan menjadi agen untuk asuransi kami sendiri, tepatnya 11 akun kala itu dan berujung KECEWA yang menyakitkan sampai hari ini. Apa modusnya? Saya salah tidak membaca polis, saya salah bikin ilustrasi, kinerja perusahaan yang tidak baik sehingga unitlink bisa kehabisan dana untuk diputar sebagai porsi investasi dan tentunya itu sebuah hikmah yang jangan sampai terulang lagi.
WOW ya! Sudah jatuh tidak selesai s3, memilih resign dosen, membesarkan toko dengan modal nekad, menjadi agen asuransi tertipu sendiri, image MLM yang menempel yang sungguh aduhai sekali. Yups! Itu prosesku yang mungkin hanya saya dan Panda yang tahu PERJUANGANnya! Sekali lagi alhamdulillah. Dan karena fokusku teralih membangun kaki di MLM Oriflame, toko pun akhirnya menjadi terbengkelai. Kuputuskan untuk mempunyai 1 toko saja yang utama dan menutup kedua toko yang lain. Bagiku, itu belajar!
Bagaimana dengan Panda? Alhamdulillah Panda selalu memilih berada di zona yang tidak naik-turun drastis karena mungkin Panda seorang kepala keluarga. Konsekuensi dari pekerjaannya adalah ada istri yang harus dinafkahi. Secara karir, Panda lebih slow dan melakukan yang TERBAIK. Tak heran jika sepulang dari Jerman pun, Panda langsung berkantor di tempat yang sama seperti sebelum resign. Alhamdulillah.
Perjalanan masih terus berlanjut, cerita duka masih menyelimuti karena tahun 2013, Manda hamil dan lalu keguguran. Allohu akbar ya! Oh iya, perjalanan keuangan kami lancar dan bahkan berlimpah, hanya saja perjuangan yang dilewati untuk belajar sungguh WOW! Bagian keuangan, nanti akan Manda ceritakan di bagian lain, Kenapa Selalu Gagal Menabung Sebelum Usia 40 Tahun.
Tak terasa 4 tahun sudah memtuskan menjadi freelancer.
Kondisinya kala itu, Manda sudah insyaf dari MLM Oriflame, dan mempertahankan lagi 1 toko yang tersisa dan kala itu keuangan gaji karyawan masih belum bisa tertutupi dari omset, akibatnya uang dalam ikut dipakai untuk menutup beban gaji karyawan. Sungguh! Panda adalah seorang suami yang berhati besar, yang membiarkan direktur keuangannya melakukan keputusan finansial yang riskan untuk perusahaan rumah tangganya. Tetapi, Panda adalah Panda, yang memang HEMAT dan SUKA MENABUNG sedari masih pacaran. Kubilang, uangnya tidak habis-habis, dari investasinya setiap bulan yang dimainkan di saham, Panda tetap hadir menjadi HERO dalam perjalanan belajar bisnisku. Hiks, menuliskannya menjadi terharu karena kalau diingat, jumlahnya banyak sekali sudah aku menghambur-hamburkan uang di perusahaan rumah tanggaku. BELAJAR ITU MAHAL.
Tahun 2014, angin segar tiba-tiba bertiup dari sebuah hubungan yang dikenal sebagai keberuntungan pertemanan. Blog www.tamasyaku.com yang kumiliki sedari menikah tahun 2008, akhirnya menghasilkan. Tahun dimana marketplace dimulai, Tokopedia sudah menjadi pelopor marketplace kala itu yang bekerja sama dengan blogger melalui backlink. Rasanya, nyesss dan alhamdulillah! Akhirnya tidak lagi meminta bantuan Panda untuk bisa menggaji karyawanku setiap bulan.
Manda tidak pernah banyak berpikir saat menjalankan bisnis, uang yang ada diputar sebisa mungkin untuk bisa membuat operasional tetap berjalan. Mengurangi beberapa cost yang tidak penting dan lalu mengambil celah apapun untuk bisa mempertahankan toko Purnama Jaya. Kenapa dipertahankan? Karena ada karyawan yang penghasilannya dari tokoku dan karena amanah mama mertua untuk menjaga toko tersebut exist. Pilihan itu BERAT, terlebih harus ikhlas merogoh kantong pribadi untuk menutup beban toko. Bismillah aja. Selalu bismillah aja.
Perjalananku menjadi freelancer akan Manda lanjutkan di part 2 ya. Ketika perjuangan dan lelah naik-turun selama 4 tahun, ada harapan baru dan angin segar dimana sebuah hubungan relationship memang menjadi pembuka rezeki. Cukup YAKINI dan biarkan SEMESTANYA membuktikan!
Tidak ada komentar